TIMES BENGKULU, JAKARTA – Kelompok Perlawanan Palestina, Hamas, yang selama 14 bulan lebih menjadi sasaran penghancuran oleh zionis Israel, kini justru kembali kemampuannya 'mengendalikan' situasi di Gaza.
Israel telah membunuh para pemimpinnya, bahkan sampai terhadap rakyat Palestina di Gaza dengan taktik genosidanya demi upayanya melenyapkan Hamas.
Namun, seperti dilansir Al Jazeera, para pejabat Barat kaget bahwa Hamas ternyata masih memiliki kemampuan dalam menegakkan ketertiban di sejumlah wilayah meskipun diperangi Israel dengan brutal di Gaza.
Selama 14 bulan lebih Israel telah membunuh sedikitnya 45.541 warga Palestina di Gaza, sebagian disebut-sebut sebagai anggota Hamas. Namun faktanya sebagian besar adalah warga sipil biasa, bahkan kebanyakan justru wanita dan anak-anak.
Selain itu, Israel juga melukai lebih dari 108.338 orang sejak 7 Oktober 2023, setelah Hamas menyerang memasuki wilayah Israel dan membunuh setidaknya 1.139 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.
Laporan yang diterbitkan oleh surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth menyatakan, bahwa Hamas telah mendapatkan kembali sebagian dari kemampuan kontrolnya dengan cara yang menurut para pejabat mengejutkan.
Bahwa Hamas justru telah berhasil menghilangkan apa yang disebutnya sebagai kelompok kriminal yang mencuri konvoi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Sumber tersebut menyebutkan, bahwa Hamas mendapatkan kembali sebagian kemampuannya di pusat Jalur Gaza, seperti Al-Mawasi , Al-Nuseirat, dan Deir Al-Balah.
Para pengamat, analis politik dan militer yang kemudian mengomentari laporan surat kabar Israel itu menyebutkan, mereka percaya bahwa ada banyak alasan yang membuat pendudukan Israel gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan, terutama untuk melemahkan kemampuan gerakan Hamas.
Penulis dan analis politik, Ahmed Al-Heila misalnya, ia mengatakan, bahwa Israel tidak memahami bahwa Hamas bukan hanya sebuah gerakan perlawanan, melainkan bagian dari masyarakat Palestina.
Mereka memiliki struktur sipil dan organisasi, dan merupakan pihak yang membela dan melawan bersama faksi perlawanan lainnya, mereka turun ke lapangan untuk membalas dendam bagi orang-orang Palestina yang menjadi sasaran perang brutal Israel ini
Rakyat Palestina di Gaza tetap berpegang teguh pada Hamas dan kelompok perlawanan tersebut.
Karena ketika melancarkan perang di Gaza, Israel tidak membatasi diri khusus menghadapi Hamas, tetapi dalam melawan Hamas pasukan Israel justru menyasar anak-anak, perempuan dan orang tua, yaitu berusaha menghilangkan eksistensi bangsa Palestina.
Seorang Akademisi dan pakar urusan Israel, Dr. Muhannad Mustafa juga mengatakan, Israel gagal dalam upayanya menghilangkan kemampuan Hamas meski berbagai cara telah dilakukan.
Hal ini menunjukkan bahwa apa yang melelahkan dan mengkhawatirkan bagi Israel adalah bahwa Hamas masih mampu melakukannya. Hamas membangun kembali kemampuannya di wilayah di mana saat tentara Israel mundur.
Dalam konteks yang sama, ia juga mengatakan, bahwa apa yang disebut "rencana jenderal" yang dibuat untuk melemahkan kemampuan Hamas, namun justru gagal dalam misi ini.
Laporan surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth mengutip diplomat Barat yang menyatakan bahwa Hamas menemukan kembali kemampuannya menegakkan ketertiban di berbagai wilayah Jalur Gaza telah mewakili isu yang sulit untuk dipahami.
Mustafa juga menambahkan, upaya Israel memisahkan warga Palestina di Gaza dengan Hamas, dengan cara mencari alternatif untuk memerintah Gaza, juga gagal.
Karena, lanjut dia, buktinya masyarakat Gaza tidak memberontak melawan Hamas, bahkan sebagian dari mereka suku dan masyarakatnya justru menerima tawaran Israel.
Hal lain yang ia tunjukkan, bahwa Israel ternyata juga tidak ingin Komite Dukungan Komunitas mengelola Jalur Gaza, yang disponsori oleh Mesir, juga tidak ingin Otoritas Palestina kembali ke Gaza, meskipun Otoritas Palestina berkoordinasi dengan Israel.
Pakar militer dan strategis, Kolonel Hatem Al-Falahi mengaitkan kegagalan Israel menghilangkan kemampuan Hamas itu karena metode yang digunakan Hamas adalah dengan penggunaan geografi, terowongan, dan perang gerilya, serta perencanaan yang mengandalkan konfrontasi jangka panjang.
Karena itu keputusan politik Israel untuk melanjutkan perang di Jalur Gaza menyebabkan tentara Israel lelah dan terkikisnya kemampuan mereka, hal yang juga telah diperingatkan oleh mantan personel militer Israel.
Karena itu, kemampuan Hamas melakukan reorganisasi tentu saja telah mengagetkan banyak orang, dan mencatat bahwa mereka tidak memahami bagaimana gerakan tersebut berhasil menegakkan ketertiban di berbagai wilayah di Gaza. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Para Pejabat Negara Barat Kaget Hamas Mampu Kendalikan Gaza Kembali
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |