TIMES BENGKULU, YOGYAKARTA – Ketika rata-rata mahasiswa doktoral menempuh studi hingga hampir lima tahun, Raden Roro Widya Ningtyas Soeprajitno justru menorehkan prestasi luar biasa.
Ia berhasil meraih gelar doktor Ilmu Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM) hanya dalam waktu 2 tahun 10 bulan 27 hari, menjadikannya salah satu lulusan tercepat dalam sejarah kampus tersebut.
Dalam wisuda pascasarjana UGM yang digelar pada Selasa (21/10/2025), sebanyak 2.335 mahasiswa resmi dikukuhkan. Dari ribuan wisudawan itu, nama Dr Raden Roro Widya Ningtyas Soeprajitno, S.A. mencuri perhatian.
Mahasiswi Program Studi Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) ini dinobatkan sebagai lulusan tercepat program doktor.
Roro menempuh pendidikan doktoralnya melalui beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Dorongan untuk segera menjadi dosen membuatnya berkomitmen penuh menyelesaikan studi secepat mungkin.
“Saya sangat bersyukur bisa sampai di tahap ini. Sebagai anak dan cucu pertama di keluarga yang kuliah, saya ingin memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin,” ujarnya, Jumat (31/10/2025).
Dari Suka Menghitung ke Dunia Akuntansi
Sejak awal, Roro sudah tertarik dengan dunia hitung-menghitung. Namun, ia menegaskan bahwa akuntansi tidak sekadar persoalan angka.
“Akuntansi itu bukan cuma debit dan kredit. Ada logika, pengambilan keputusan, dan analisis yang mendalam di baliknya,” katanya.
Manajemen Waktu Jadi Kunci
Roro mengaku tidak menargetkan lulus tercepat. Fokus utamanya adalah menyelesaikan studi tepat waktu sesuai kontrak beasiswa.
Namun, berkat pondasi riset yang kuat sejak S2 dan bimbingan profesor yang intens, prosesnya berjalan lebih efisien.
“Saya hanya ingin memberikan versi terbaik dari diri saya dalam menulis disertasi. Soal cepat atau lambat, yang penting puas dengan hasilnya,” ungkapnya.
Selain menulis disertasi, Roro juga harus memenuhi kewajiban beasiswanya: menerbitkan tiga artikel ilmiah bereputasi Scopus selama masa studi. Tuntutan itu membuatnya harus mengatur waktu dengan cermat.
“Saya beruntung punya dosen pembimbing yang komunikatif dan suportif. Itu sangat membantu menjaga ritme dan semangat,” tambahnya.
Meneliti Pengungkapan Iklim dan Nilai Perusahaan
Dalam disertasinya yang berjudul Pengungkapan Perubahan Iklim, Daya Saing, dan Nilai Perusahaan: Peran Lingkungan Hukum, Roro meneliti bagaimana keterbukaan perusahaan terhadap isu perubahan iklim dapat mempengaruhi daya saing dan nilai perusahaan.
“Saya ingin melihat bagaimana perusahaan merespons regulasi baru seperti IFRS S1 dan S2 yang menyoroti aspek keberlanjutan dan iklim,” jelasnya.
Cita-cita Jadi Dosen dan Peneliti
Selepas lulus, Roro berencana melanjutkan kiprahnya sebagai pendidik. Ia kini masih terlibat dalam beberapa proyek penelitian dan penulisan buku bersama profesornya, sekaligus aktif membimbing mahasiswa secara independen.
“Sejak awal, saya memang ingin menjadi dosen. Dunia pendidikan memberi ruang bagi saya untuk terus belajar dan berbagi,” ujarnya.
Sebagai penutup, Roro berpesan agar mahasiswa doktoral tetap fokus pada prosesnya sendiri.
“Setiap orang punya timeline berbeda. Yang penting, kenali kelebihan dan kekurangan diri, tetap semangat, dan fokus pada tujuan utama,” pesannya.
Kisah Roro menjadi bukti bahwa dengan komitmen, disiplin, dan dukungan lingkungan akademik yang tepat, meraih gelar doktor dalam waktu singkat bukan hal mustahil. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kisah Roro, Doktor Termuda dan Tercepat UGM: Hanya 2 Tahun 10 Bulan Rampungkan Studi
| Pewarta | : A. Tulung | 
| Editor | : Ronny Wicaksono | 
 Pendidikan
 Pendidikan 
       
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
                 
                 
                 
                 
                 
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
               TIMES Bengkulu
            TIMES Bengkulu