TIMES BENGKULU, JAKARTA – Sejarah mencatat tanggal 30 September 1965 terjadi peristiwa genting di Indonesia. Tak hanya dalam buku sejarah, peristiwa itu juga diangkat menjadi film.
Terbaru ada film Kupu-Kupu Kertas. Film romansa berbalut tragedi 1965 tersebut mengambil latar di Banyuwangi. Menceritakan sepasang kekasih Ihsan dan Ning dengan latar belakang keluarga yang memegang ideologi yang berbeda.
Kisah mereka kian mencekam saat kakak Ihsan yang merupakan anggota Anshor dibunuh oleh PKI yang dipimpin oleh ayah Ning. Apakah hubungan mereka akan baik-baik saja?
Film ini sedang tayang di bioskop ya TIMES Lovers.
Nah selain Kupu-Kupu Kertas, berikut lima film Indonesia yang juga berlatar gerakan 30 September.
G30S PKI
Film G30S PKI menjadi salah satu film fenomenal. Dulu film garapan sutradara Arifin C Noer itu menjadi tontonan wajib setiap tahun.
Berdurasi 271 menit, film sejarah ini menceritakan tragedi penculikan dan pembunuhan para Jenderal.
Meski sempat mendapat protes karena tidak sesuai dengan sejarah aslinya, namun film ini tetap menjadi pengingat bahwa tanggal 30 September 1965 terjadi tragedi berdarah.
Film G30S PKI yang tayang tahun 1984 juga memenangkan Piala Citra dalam kategori Skenario Terbaik.
Gie
Gie, merupakan film biografi sejarah. Diadaptasi dari Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie.
Menceritakan perjalanan hidup Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa keturunan yang kerap mendapat perlakukan tidak adil. Sebagai aktivis, Gie sering turun ke jalan untuk memprotes kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro rakyat.
Film yang dibintangi Nicholas Saputra ini juga menggambarkan situasi mencekam saat gerakan 30 September. Bahkan digambarkan juga kawan baik Gie yang juga seorang keturunan Tionghoa ditembak mati.
Gie juga berjaya di FFI dengan meraih "Film Bioskop Terbaik, "Pemeran Utama Pria Terbaik" untuk Nicholas Saputra, dan "Pengarah Sinematografi Terbaik" untuk Yudi Datau.
Sang Penari
Film Sang Penari juga menggambarkan situasi sosial politik Indonesia di tahun 1965.
Dibintangi Prisa Nasution, film ini menceritakan kisah penari ronggeng bernama Srintil.
Srintil dipercaya memiliki kekuatan magis saat menari ronggeng. Hingga Rasus, seorang pemuda jatuh cinta pada Srintil.
Namun disaat yang bersamaan pecah kudeta politik besar, sehingga keduanya harus berpisah.
Film garapan sutradara Ifa Isfansyah ini juga meraih Piala Citra sebagai sutradara terbaik pada tahun 2011.
Surat dari Praha
Surat dari Praha sebenarnya tidak mengambil latar kejadian 30 September, namun setahun setelahnya yaitu tahun 1966.
Tahun itu menjadi tahun yang tidak stabil untuk ekonomi dan politik Indonesia. Menceritakan kisah sejarah para pelajar Indonesia di luar negeri yang tidak bisa pulang ke tanah air pasca Gerakan 30 September 1965.
Sederet bintang ternama memerankan film ini, mulai Widyawati, Tio Pakusadewo, Rio Dewanto juga Julie Estelle.
You and I
Diadaptasi dari buku foto berjudul Pemenang Kehidupan karya Andrian Mulya dan Lilik HS>
Film ini menceriyakan tentang Kaminah dan Kusdalini yang ditangkap dan dicurigai terlibat dalam G30S PKI.
Keduanya bertemu di Lembaga Pemasyarakatan hingga menjadi akrab layaknya saudara.
Film dokumenter ini bahkan meraih "Best Film" kategori Asian Perspective Award saat world premier di DMZ International Documentary Film Festival – Korea Selatan. Kemudian, dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2020 menyabet Piala Citra sebagai "Dokumenter Panjang Terbaik". Serta menjadi film penutup 15th Jogja-NETPAC Asian Film Festival di Yogyakarta pada November 2020. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Lima Film Berlatar Gerakan 30 September 1965, Terbaru Kupu-Kupu Kertas
Pewarta | : Dhina Chahyanti |
Editor | : Dhina Chahyanti |