TIMES BENGKULU, MALANG – Otak manusia tak hanya bekerja pada saat manusia dalam keadaan sadar. Di waktu manusia tidur, otak juga akan bekerja sangat keras untuk mengkonsolidasi memori dan memperbaiki jaringan.
Dua fase tidur utama, REM dan non-REM, memiliki peran yang berbeda namun sama pentingnya dalam menjaga kesehatan otak.
Tidur adalah sebuah aktivitas biologis yang juga menjadi kebutuhan dasar manusia, dalam upaya untuk menjaga kesehatan dan keberlangsungan hidup. Tidur merupakan aktivitas yang sangat penting untuk menjaga fungsi otak. Pada saat seseorang tertidur, metabolisme didalam tubuh akan berjalan sepenuhnya.
Manusia memiliki dua tipe tidur, yaitu tidur REM dan tidur non-REM.
Tidur REM (Rapid Eye Movement) adalah tidur yang dapat dikatakan belum pulas, fase ini dapat ditandai dengan gerakan cepat dan acak dari mata manusia. Hal ini menandakan bahwa 50 persen organ manusia masih dalam keadaan bekerja.
Ketika mengalami fase tidur REM, seseorang akan berada pada fase tidur pertama (Einschlafpasen) yaitu transisi keadaan dari sadar ke tidur. Pada fase tidur REM, otak juga akan memproses segala sesuatu yang telah diperoleh sepanjang hari dan membantu untuk menyimpan informasi penting yang dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Sedangkan pada tidur non-REM adalah sebaliknya, yakni tidur yang sudah pulas. Pada fase ini otak beristirahat lebih dalam, dan membawa manusia kedalam alam bawah sadarnya. Hal ini dapat ditandai dengan rileksnya otot dan aktivitas otak melambat.
Selain itu, tidur memiliki banyak fungsi seperti proses pertumbuhan dan regenerasi, detoksifikasi dan penyembuhan luka yang terjadi di dalam tubuh manusia.
Berdasarkan penelitian oleh Niells Rattenborg dari Max Planck Institute for Ornithology, dua tipe tidur ini juga dilakukan oleh burung dan mamalia.
Dalam penelitiannya tentang tidur dan burung, Ia menjadikan burung Fregat dengan rentang sayap lebih dari 2 meter sebagai subjek penelitian. Setelah melakukan penelitian, Burung Fregat diketahui dapat terbang dengan kondisi tertidur.
Ilustrasi Burung Fregat yang melakukan migrasi sebanyak ribuan kilometer. (FOTO: Pixabay)
Burung yang dapat melakukan migrasi selama 3.000 kilometer ini, dapat tetap terbang di udara dengan 50 persen dari fungsi badannya istirahat. Hal ini dapat bertahan selama kurang lebih 40 menit di udara.
Seluruh informasi ini merupakan hasil penelitian dari ilmuwan Max Planck Institute. Max Planck Institute merupakan sebuah lembaga penelitian terkemuka di Jerman, dan bahkan di dunia. Sejarah panjang dan reuptasi yang baik berhasil di cetak oleh institut ini dalam menghasilkan penelitian berkualitas tinggi.
Penelitian ini dapat dilihat pada pameran Universum Mensch Intelligenz (UMI) di Malang Creative Center Malang selama bulan September 2024 bersamaan dengan beberapa hasil penelitian tentang alam semesta, manusia, dan kecerdasan.
Salah satu tema yang menarik adalah tema yang memiliki pembahasan terkait Otak (Gehirn). Pada tema tersebut, otak dibagi menjadi beberapa sub tema, yaitu salah satunya adalah ‘Schlafen Zum Leben’ atau Tidur untuk Kehidupan.
Dalam pameran tersebut, tema otak di pamerkan dengan sangat menarik menggunakan tata letak grafis yang modern dan minimalis.
Penggunaan papan dengan latar belakang berwarna cerah dan penjelasan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Jerman dan bahasa Indonesia menjadikan pameran tersebut sebagai pameran yang informatif sekaligus sarana edukasi yang efektif bagi pengunjung.
Tipografi yang jelas dan sederhana, serta ilustrasi gambar kecil dipajang untuk memudahkan pengunjung untuk membaca dan menalar informasi dalam penjelasan tentang materi yang disajikan.
Pengunjung sedang membaca penjelasan terkait tema ‘Tidur untuk Kehidupan’ di Pameran Universum Mencsh Intelligenz (UMI), Malang Creative Center (MCC). (FOTO: Nadya Shafira Putri/TIMES Indonesia)
Selain itu, daya tarik visual yang memukau dapat dilihat pada teknologi visual payung atau layar dengan nada bernama ‘Schirme mit Ton’. Lingkaran musik interaktif tersebut dapat menciptakan suasana yang mendalam dan menggugah perasaan pengunjung yang mencobanya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tidur Rem dan Non-Rem, Dua Fase Tidur untuk Kesehatan Otak
Pewarta | : Nadya Shafira Putri (MG) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |