TIMES BENGKULU, JAKARTA – Kecelakaan yang menimpa dua pesawat TNI AU jenis Super Tucano yang diawaki oleh empat prajurit di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11/2023) jadi perhatian banyak pihak. Salah satunya yakni pengamat militer dan pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie.

Menurutnya, kecelakaan tersebut harus jadi evaluasi di internal TNI sendiri. Khususnya, kata jebolan Universitas Indonesia (UI) itu, soal anggaran peralatan dan pemilihan.

"Komentarku sederhana saja. Rangkaian kesemuanya accident ini menekankan mungkin sudah waktunya anggaran peralatan dan pemeliharaan ada pada Panglima TNI sebagai pengguna anggaran agar langsung diturunkan pada KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) masing-masing, alias Kastaff AD, AU, AL," katanya kepada TIMES Indonesia, Jumat (17/11/2022).

Menurutnya, peningkatan anggaran jika tidak diikuti oleh readinesss atau kesiapan, akan hanya jadi kesia-siaan semata. "Sama saja dengan bohong," jelasnya.

Ia menjelaskan, readinesss atau kesiapan yang dirinya maksud adalah readiness berkaitan dengan pemeliharaan dan perawatan tersebut.

"Kita sibuk menaikan anggaran hanya untuk belanja alutsista. Jadi Harwat (pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan) menjadi catatan," ujarnya.

Diketahui, tahun 2023 ini Kementerian Pertahanan (Kemhan) memang sudah mengajukan anggaran sebesar Rp 350 triliun untuk tahun 2024. Dana itu akan dibagikan untuk Kemhan, Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.

Diketahui, kecelakaan dua pesawat latih tempur Super Tucano terjadi di Pasuruan, Jawa Timur. Faktornya diduga karena cuaca buruk, hingga menyebabkan para pilot tidak memiliki jarak pandang maksimal.

"Sehingga ini murni akibat cuaca kelihatannya. Namun, saya belum bisa memastikan karena harus ada penyelidikan lebih lanjut," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI R. Agung Sasongkojati, kepada media. (*)